Berita Pendidikan-
Penurunan kualitas Pendidikan akibat wabah corona (Covid-19) merupakan ancaman
nyata. Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar (AMI) pun menginisiasi Gerakan
Bangkit Belajar (GBB) untuk membantu siswa, guru, maupun wali murid yang
kesulitan mengikuti proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemic
Covid-19.
"Ancaman lost generation akibat wabah Covid-19 bukanlah
pepesan kosong. Kita semua harus benar-benar mengantisipasi hal ini agar hal
itu tidak sampai terjadi. Kasihan generasi kita di masa depan jika mereka
tumbuh tampa kompetensi memadai," ujar pria yang juga akrab disapa Cak
Imin, Kamis (13/8/2020).
Cak Imin mengatakan itu saat Kick Off Gerakan Bangkit
Belajar di Gerung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jalan Merdeka Selatan,
Jakarta, Rabu (12/8).
Dia menjelaskan berdasarkan kajian Bank Dunia yang dirilis
18 Juni 2020 bahwa telah terjadi penurunan kualitas Pendidikan dari para
peserta didik di seluruh dunia akibat pandemic Covid-19. Penutupan sekolah
telah memicu penurunan nilai ujian rata-rata hingga 25%.
Pandemi ini juga menurunkan efektifitas tahun sekolah dasar
yang dicapai anak-anak dari 7,9 tahun menjadi 7,3 tahun.
"Akibat penutupan sekolah ini banyak anak-anak kita
yang gagal mempelajari berbagai materi baru dan melupakan banyak hal yang telah
mereka ketahui sebelumnya," katanya.
Hal yang sama, kata Gus AMI juga disuarakan oleh Unicef.
Berdasarkan Pernyataan posisi berjudul COVID-19 dan Anak-anak di Indonesia pada
Mei 2020 menyajikan bukti bahwa virus Corona telah secara luas mengganggu
kestabilan pendapatan keluarga-keluarga Indonesia.
Kondisi tersebut berdampak pada tiga hal penting yakni
terganggunya kinerja gizi, pendidikan, dan perlindungan anak. "Khusus di
bidang Pendidikan pernyataan posisi Unicef menegaskan jika wabah ini memicu
penurunan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik
akibat menurunnya waktu kualitas belajar," katanya.
Fakta-fakta tersebut, lanjut Wakil Ketua DPR bidang Kesra
ini harus disikapi secara serius oleh semua pemangku kepentingan (stake holder)
di Indonesia. Upaya menyelematkan Pendidikan anak-anak Indonesia harus menjadi
usaha bersama. Apalagi hingga saat ini berakhirnya masa pandemi Covid-19 di
tanah air belum bisa diprediksi.
"Selain langkah-langkah di sektor Kesehatan dan
pemulihan ekonomi, kita bersama juga harus berkontribusi terhadap upaya
menyelamatkan sektor Pendidikan di tanah air. Sebab Pendidikan merupakan
investasi besar bagi masa depan genarasi muda dan bangsa ini," katanya.
Gus AMI menilai Gerakan Bangkit Belajar hanyalah salah satu
upaya untuk membantu mencarikan solusi atas kendala pembelajaran jarak jauh
yang dialami oleh peserta didik di Indonesia. Nantinya di setiap Posko GBB akan
disediakan wife gratis dan relawan yang akan mendampingi para siswa saat
mengikuti PJJ.
"GBB hanyalah salah satu ikhtiar untuk membantu
anak-anak di Indonesia untuk tetap mendapatkan hak-hak mereka di bidang
Pendidikan. Gerakan ini akan bersinergi dengan Gerakan lain baik yang dilakukan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun pihak-pihak lain yang ingin
berkontribusi terhadap dunia Pendidikan di Indonesia selama musim pandemic
Covid-19," ujarnya.
Sementara itu koordinator nasionam Gerakan Bangkit Belajar
Syaiful Huda menargetkan di tahap awal GBB akan mendirikan posko belajar di
2.156 titik yang dilengkapi wifie, smartphone, dan relawan pendamping di 34
provinsi di Indonesia.
"Kendala utama saat PJJ adalah adanya kesulitan peserta
didik dalam mendapatkan kuota internet, tidak adanya smartphone, maupun
kesulitan memahami materi karena tidak adanya pendamping. Nah GBB ini berupaya
untuk membantu mencarikan solusi atas kendala itu," ujarnya.
Huda menjelaskan pola pembelajaran jarak jauh hingga saat
ini masih menjadi pilihan paling aman di saat penularan wabah corona (Covid-19)
belum terkendali. Meskipun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
telah megizinkan pembelajaran tatap muka di zona hijau dan kuning, namun banyak
orang tua yang masih enggan mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah.
"Kekhawatiran sebagian besar orang tua siswa itu bisa
dipahami karena hingga saat ini penularan wabah Covid-19 memang masih terus
berlangsung. Penambahan pasien positif masih di atas 1.000 kasus per hari. Jadi
wajar jika para orang tua khawatir, meskipun ada juga orang tua yang setuju
anak mereka segera sekolah karena frustasi dengan pola PJJ," katanya.
Ketua Komisi X DPR ini mengungkapkan pola PJJ di berbagai
daerah memang memunculkan banyak kasus yang menyesakkan dada. Gegara PJJ ini
ada siswa yang harus belajar di makam karena kesulitan mendapat sinyal
internet, ada orang tua yang mencuri karena ingin membelikan anaknya
smartphone, hingga ada siswa SMP yang harus jadi kuli bangunan karena ingin
membeli smartphone. Selain itu, banyak orang tua yang mengaku terbebani karena
harus membantu sang anak untuk mengerjakan tugas-tugas sang anak.
"Kasus-kasus ini akan kita coba urai karena Posko
Belajar GBB akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang untuk memudahkan
proses PJJ," katanya.
Huda menegaskan jika setiap Posko Belajar akan diatur
sedemikian rupa sehingga tetap memperhatikan protokol Kesehatan. Baik dari
jumlah siswa di setiap posko hingga kelengkapan protocol Kesehatan seperti
tempat cuci tangan maupun alat disinfektan.
"Siswa peserta GBB ini adalah mereka yang paling
membutuhkan. Relawan mendapatkan data mereka dari sekolah maupun desa dan
kelurahan di sekitar Posko GBB," katanya.
Legilastor asal Jawa Barat ini berharap bahwa Gerakan
Bangkit Belajar akan menjadi gelombang besar Gerakan di Indonesia sehingga
membantu proses PJJ selama musim pandemik. Pihaknya siap bekerjasama dengan
pihak-pihak yang ingin membantu para peserta didik baik siswa maupun guru yang
kesulitan dalam proses PJJ.
"Dalam situasi darurat Pendidikan akibat pandemik
seperti ini maka dibutuhkan peran serta setiap anak bangsa akan sangat membantu
menjaga akses Pendidikan bagi setiap siswa di Indonesia," pungkasnya.
Artikel ini bersumber dari: detik.com
0 komentar:
Posting Komentar