Berita
Pendidikan- Viral mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyusun
skripsi yang membahas zionis dengan merujuk pada laman media sosial.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
angkat bicara terkait hal itu.
"Secara
umum bahan pustaka yang dapat disitir adalah yang kebenaran ilmiahnya sudah
teruji," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti)
Kemendikbud Nizam saat dikonfirmasi detikcom pada Rabu (12/8/2020).
Cara menyitir
bahan pustaka dari media sosial (medsos) tidak berkaitan dengan lulus tidaknya
seorang mahasiswa. Menurutnya, proses kelulusan mahasiswa dinilai melalui karya
tulisnya yang harus memenuhi kaidah ilmiah.
"Penyitiran
medsos tidak ada kaitannya dengan lulus atau tidak lulus. Tergantung pada karya
tulisnya itu sendiri. Yang penting karya tulis tersebut sudah memenuhi kaidah
ilmiah," ujar Nizam.
Nizam juga
mengatakan sebuah karya tulis harus dapat dibuktikan isi tulisannya. Selain
itu, menurutnya, harus memiliki logika di dalamnya.
"Bisa
dibuktikan kebenaran isi tulisan dan logika penyimpulannya," ujar Nizam.
Sebelumnya
kualitas sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Indonesia diperbincangkan
dan viral di media sosial. Itu setelah akun twitter @gilangcomrade memposting
hasil skripsi salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang memuat
daftar pustaka dari laman media sosial.
"Kualitas
Skripsi Sarjana FISIP di Indonesia," cuit Gilang Lukman seperti dibaca
detikcom, Rabu (12/8/2020), siang.
Dalam
postingan itu, Gilang menambahkan foto hasil tangkapan layar sebuah skripsi
berjudul 'Tanda-Tanda Zionisme Dalam Film Kartun Anak Di Televisi' yang
diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik untuk persyaratan mendapatkan
gelar sarjana (S-1).
Sementara
itu, Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi UMM Himawan Sutanto membenarkan jika
skripsi yang diperbincangkan di media sosial adalah milik alumni Ilmu
Komunikasi tahun 2016. Mahasiswa itu disebut berhasil menyelesaikan kuliah
tepat waktu yakni empat tahun dengan nilai sangat memuaskan.
"Iya,
itu benar alumni kami, tahun 2016. Anaknya lulus tepat waktu 4 tahun, kemudian
nilainya juga bagus memuaskan. Kalau indikasi mengarah kepada mengabaikan,
sangat kecil. Memang kita tidak bisa membandingkan satu perguruan tinggi dengan
perguruan tinggi lain. Tapi standar model metodologi riset sudah cukup,"
ujar Himawan kepada detikcom dalam sambungan telepon, Rabu (12/8).
0 komentar:
Posting Komentar