Update berbagai informasi seputar pendidikan sati ini

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 28 Agustus 2020

Apa itu Minat Belajar Siswa?!

 



Pengertian Minat, Minat Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa

Pengertian Minat

Pengertian Minat merupakan suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keiinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikannya lebih lanjut. Minat timbul karena adanya perhatian yang mendalam terhadap suatu obyek, di mana perhatian tersebut menimbulkan keinginan untuk mengetahui, mempelajari, serta membuktikan lebih lanjut. Hal itu menunjukkan, bahwa dalam minat, di samping perhatian juga terkandung suatu usaha untuk mendapatkan sesuatu dari obyek minat tersebut.

 

Menurut M. Buchori (1999:135) pengertian minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Jadi minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau tidak demikian minat itu tidak memiliki arti sama sekali. Sedangkan Sardiman AM (1988:76) menyatakan, bahwa minat seseorang terhadap suatu obyek akan lebih kelihatan apabila obyek sasaran bekaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan. Pendapat ini memberikan pengertian, bahwa minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila berhubungan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri, dengan kata lain ada kecenderungan apa yang dilihat dan diamati seseorang adalah sesuatu yang berhubungan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang tersebut.

Sony Semiawan (dalam Paimun dkk, 1998:48)  mengatakan, bahwa pengertian minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya. Dengan demikian, minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimuli khusus sesuai dengan keadaan tersebut.

Keterkaitan dengan sikap, pengertian minat  dapat pula diartikan sebagai kecenderungan yang sudah relatif menetap pada diri seseorang untuk menyukai objek-objek  atau  kegiatan-kegiatan  yang  membutuhkan perhatian dan menghasilkan kepuasan. Minat  merupakan  suatu  perangkat  mental  yang meliputi campuran  antara  perasaan,  harapan,  pendirian,  prasangka, rasa  takut  atau  kecenderungan-kecenderungan  lain  yang mengarahkan  seseorang  kepada  suatu  pilihan  tertentu.

Sejalan dengan pendapat di atas, S. Nasution (1987:66), menyatakan bahwa pengertian minat merupakan pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan pikiran, perasaan, dan kemauan terhadap suatu obyek, karena obyek tersebut menarik perhatian. 

Pengertian minat di atas dapat dipahami, bahwa seseorang menaruh minat terhadap suatu obyek karena adanya rangsangan, stimulus, atau dorongan. Rangsangan atau dorongan tersebut, dapat berasal dari kekuatan minat itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak dapat dikatakan mempunyai minat terhadap suatu obyek tanpa adanya respon atau dorongan terhadap obyek tersebut.

Minat lebih  lazim  diwujudkan  dalam  cita-cita.  Hal  ini berhubungan dengan  masa  depan  yang  perlu  direncanakan oleh  seseorang,  terkait  dengan  ketika  menentukan  pilihan pendidikan, pekerjaan, teman hidup, dan sebagainya. Minat  berhubungan  erat  dengan  motivasi.  Para  ahli psikologi  menyebutkan  bahwa  minat  merupakan  aspek penting  dari  motivasi  yang  mempengaruhi  perhatian, belajar, berpikir, dan berprestasi.

Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya, dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Marshell (dalam Moh. Uzer Usman,2001:94), mengemukakan 22 macam minat, di antaranya ialah bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap anak berminat pada belajar.

Beberapa ahli pendidikan berpendapat, bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat yang telah ada. Hal tersebut, dikemukakan oleh Tanner dan Tanner (dalam Slameto, 1991:138), bahwa agar para pelajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa, ini dapat dicapai dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara satu pelajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa yang akan datang. Hal senada dikemukakan oleh Rooijakkers (1980), bahwa minat dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu, proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan jika siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat.

 

Pengertian Minat Belajar Siswa

Keberhasilan proses kegiatan belajar dan pembelajaran, selain dipengaruhi oleh faktor guru juga dipengaruhi oleh faktor siswa itu sendiri. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dapat mengindikasikan akan  ketertarikan  siswa  tersebut terhadap pembelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak  tertarik dengan pembelajaran tersebut. Ketertarikan siswa  inilah yang sering dikenal dengan istilah  minat.

Pengertian Minat Belajar Siswa

Sardiman (2011:76) menyatakan bahwa: “Pengertian Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dhubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (bisanya disertai dengan perasaan senang), karena merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu”.

Pendapat ini memberikan pengertian, bahwa minat merupakan suatu kondisi yang mencerminkan adanya hubungan antara sesuatu yang diamati atau dialami dengan keinginan atau kebutuhan sendiri, dengan kata lain ada kecenderungan apa yang dilihat dan diamati seseorang merupakan sesuatu yang berhubungan dengan keinginan dan kebutuhannya.

“Pengertian Minat  diartikan  sebagai  kehendak,  keinginan  atau kesukaan” (Kamisa,1997:370). Minat  merupakan  sumber  motivasi  yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih  (Hurlock,  1995:144).  Wiliam  james  dalam  Usman (1995:27)  melihat bahwa  minat  belajar siswa  merupakan  faktor  utama  yang  menentukan  derajat  keaktifan belajar  siswa. Mursell    dalam Usman (1995:27), mengemukakan  hakikatnya  anak memiliki minat terhadap belajar. 

Salahuddin (1990:95) menyatakan minat sebagai perhatian yang  mengandung  unsur-unsur perasaan. Pernyataan Shalahudin di atas memberikan pengertian bahwa minat berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang. Oleh karena itu, minat sangat menentukan sikap  yang  menyebabkan  seseorang  aktif  dalam  suatu pekerjaan atau situasi, atau dengan kata lain minat dapat menjadi sebab atau faktor motivasi dari suatu kegiatan.

Menurut Moh. Uzer Usman (2001:21)  Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar.  Kemudian Ia juga menyatakan, bahwa minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat, seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai minat terhadap sesuatu, ia akan berusaha lebih keras untuk memperoleh sesuatu yang diminatinya atau dengan kata lain dengan adanya minat dalam diri seseorang, maka ia akan termotivasi untuk mendapatkan sesuatu itu. Misalnya, seorang anak menaruh minat terhadap bidang olahraga sepak bola, maka ia akan berusaha untuk mempelajari dan mengetahui lebih banyak tentang olahraga sepak bola.

Mengingat pentingnya minat dalam belajar, Ovide Declory yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman (2001:17), mendasarkan sistem pendidikannya pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang, yaitu minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), memperhatikan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerjasama dalam olahraga. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat anak terhadap belajar.

Getzel  dalam  Mardapi(2007:106)  mengemukakan  “minat  adalah  suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang  untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk rujukan perhatian atau pencapaian”. Sedangkan Hilgard  dalam  Slameto (2010:57)  memberi  rumusan  tentang  minat  sebagai berikut  „interest  is  persisting  to  pay  attenton  to  and  enjoy  some  activity  or content.‟  Yang  berarti  minat  adalah  kecenderungan  yang  tetap  untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Syah (2005:136) mengemukakan minat sebagai: “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Hal ini sejalan dengan pendapat Sabri (1995:84) yang menyatakan bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Dalam konteks ini,  minat erat  kaitannya  dengan  perasaan  senang atau terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti orang tersebut bersikap senang kepada sesuatu.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian minat belajar adalah suatu ketertarikan terhadap suatu pelajaran yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni pelajaran tersebut.

 

Eskul Seni sarana mengembangkan Minat Belajar Seni

Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa
Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya, dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Marshell (Usman, 1998:94) mengemukakan 22 macam minat, di antaranya ialah bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap anak berminat pada belajar.

Beberapa ahli pendidikan berpendapat, bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat yang telah ada. Hal tersebut, dikemukakan oleh Tanner dan Tanner (Slameto, 2010:138) bahwa agar para pelajar berusaha membentuk minat-minat baru dapat dicapai dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara satu bahan pembelajaran yang akan diberikan dengan bahan pembelajaran yang lalu, menguraikan kegunaan pembelajaran tersebut bagi siswa di masa yang akan datang.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu, proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan jika siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat.

Minat  seseorang terhadap pelajaran dan proses pembelajaran tidak  muncul  dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat. Salah satu faktor yang dapat  membangkitkan  dan  merangsang  minat adalah faktor bahan pelajaran  yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pembelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh  siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pembelajaran yang tidak  menarik  minat siswa tentu akan  dikesampingkan oleh siswa. Oleh karena itu bila bahan  pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. 

William James, sebagaimana yang dikutif oleh Moh. Uzer Usman (2001:95) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.  Selanjutnya Kurt Singer (1987:95)  mengemukakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan minat terhadap pelajaran, sebagai berikut:

a. Pelajaran akan menarik murid jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dan kehidupan nyata.

b. Bantuan yang diberikan guru terhadap anak didiknya dalam mencapai tujuan tertentu.

c. Adanya kesempatan yang diberikan guru terhadap siswa untuk berperan aktif  dalam proses belajar mengajar.

d. Sikap yang diperlihatkan guru dalam usaha meningkatkan minat siswa, sikap seorang guru yang tidak disukai oleh anak didik tentu akan mengurangi minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa  (1995:69) menyebutkan, bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang telah diketahui, dan kita dapat mengetahui sesuatu dari belajar. Jadi, apabila seseorang belum pernah mendengar tentang sesuatu maka ia tidak akan menaruh minat terhadapnya. Minat tersebut, muncul dari sesuatu yang telah diketahui dan untuk mengetahui  minat tersebut adalah melalui belajar.

Di samping itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya minat seseorang adalah adanya kesempatan. Hal ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Andi Mappeira (1983:63), bahwa minat akan muncul jika ada kesempatan untuk pemunculan minat tersebut.  Jadi, dengan adanya kesempatan yang diberikan pada seseorang yang pada awalnya tidak berminat terhadap pelajaran pendidikan agama Islam, namun karena adanya kesempatan dan faktor lainnya, kemungkinan sekali ia akan menjadi berminat untuk mempelajari pelajaran tersebut.

Sedangkan Nasution (1995:47) menyatakan, bahwa minat dapat ditimbulkan atau dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

a.  Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan).

b. Hubungan dengan pengalaman yang telah lalu.

c. Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, “Nothing succed like succed”, tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu, bahan pelajaran harus sesuai dengan kesanggupan individu.

d. Gunakan berbagai bentuk metode belajar seperti, diskusi, kerja kelompok, membaca, dan sebagainya.

Selajutnya Singer (1987:95) mengemukakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan minat terhadap pembelajaran, sebagai berikut:

a.    Pembelajaran akan menarik murid jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dan kehidupan nyata.

b.    Bantuan yang diberikan guru terhadap anak didiknya dalam mencapai tujuan tertentu.

c.    Adanya kesempatan yang diberikan guru terhadap siswa untuk berperan aktif  dalam proses pembelajaran.

d.    Sikap yang diperlihatkan guru dalam usaha meningkatkan minat siswa, sikap seorang guru yang tidak disukai oleh siswa tentu akan mengurangi minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.


Eskul Pramuka sebagai Sarana Meningkatkan Minat Belajar

Minat juga dipengaruhi oleh faktor motivasi dan lingkungan. Minat seseorang  akan  semakin  tinggi  bila  disertai motivasi, baik yang  bersifat internal ataupun  eksternal. Menurut Tampubolon (1993:41) minat merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Seorang siswa yang ingin memperdalam PKn tentang hukum misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk  membaca buku-buku tentang hukum, mendiskusikannya, dan sebagainya. Faktor lingkungan juga merupakan faktor yang mempengaruhi minat seseorang.  Dalyono (1997:130) menyatakan besar kecilnya pengaruh lingkungan  terhadap pertumbuhan dan  perkembangan  bergantung  kepada  keadaan  lingkungan  anak  itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.

Di samping itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya minat seseorang adalah adanya kesempatan. Hal ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mappeira (1983:63), bahwa minat akan muncul jika ada kesempatan untuk pemunculan minat tersebut.  Jadi, dengan adanya kesempatan yang diberikan pada seseorang yang pada awalnya tidak berminat terhadap pelajaran PKn, namun karena adanya kesempatan dan faktor lainnya, kemungkinan sekali ia akan menjadi berminat untuk mempelajari pelajaran tersebut.

Nasution (1998:147) menyatakan, bahwa minat dapat ditimbulkan atau dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

a.   Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan).

b.   Hubungan dengan pengalaman yang telah lalu.

c.   Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, “Nothing succed like succed”, tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu, bahan pelajaran harus sesuai dengan kesanggupan individu.

d.   Gunakan berbagai bentuk metode belajar seperti, diskusi, kerja kelompok, membaca, dan sebagainya.

Selain faktor yang disebutkan di atas, faktor lain yang mempengaruhi minat adalah cita-cita, bakat dan hobi. Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar  siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini  senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan  tidak jarang meskipun mendapat  rintangan, seseorang tetap beruaha untuk mencapainya.

Begitu pula dengan bakat, melalui bakat seseorang akan   memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara  tidak langsung ia akan  memiliki  minat dalam menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai  sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena  itu, dalam  memberikan pilihan baik  sekolah  maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.

Selain bakat, hobi seseorang juga mempangaruhi minat. Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya  timbul minat untuk menekuni ilmu  matematika, begitupun dengan  hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor  hobi  tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.

Salah satu ciri kondisi kegiatan pembelajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang ditandai adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Usman (1998:17) juga menyatakan, bahwa minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat, seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai minat terhadap sesuatu, ia akan berusaha lebih keras untuk memperoleh sesuatu yang diminatinya atau dengan kata lain dengan adanya minat dalam diri seseorang, maka ia akan termotivasi untuk mendapatkan sesuatu itu. Misalnya, seorang anak menaruh minat terhadap pembelajaran, maka ia akan berusaha untuk mempelajari dan mengetahui lebih banyak tentang pembelajaran.

 

 


Indikator Minat Belajar Siswa


Indikator Minat Belajar Siswa

Menurut  Slameto (2010: 180): suatu  minat  dapat  diekspresikan  melalui  pernyataan  yang  menunjukkan bahwa  anak  didik  lebih  menyukai  suatu  hal  daripada  hal  lainnya,  dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang  memiliki  minat  terhadap  subjek  tertentu  cenderung  untuk  memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Minat terhadap mata pembelajaran yang dimiliki seseorang bukan sebagai bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan  dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan  afektif seseorang terhadap objek  minat adalah positif  maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.

Djamarah  (2002:  132)  mengungkapkan  bahwa  minat dapat diekspesikan anak didik melalui:

1.  Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya.

2.  Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan.

3.  Memberikan  perhatian  yang  lebih  besar  terhadap  sesuatu  yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Minat diperoleh melalui suatu proses belajar yang timbul melalui proses mengamati suatu  objek yang kemudian menghasilkan suatu  penilaian-penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang. Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan tentang adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya. Hurlock (1990:422) mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar. Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu :

1)  Aspek kognitif

Aspek ini didasarkan  atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.

2.  Aspek afektif

Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasi tindakan seseorang.

Berdasarkan  uraian  tersebut,  indikator untuk mengetahui minat seseorang dalam pembelajaran, adalah:

1.  Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek terhadap pembelajaran karena adanya ketertarikan.

2.  Adanya  perasaan  senang  terhadap  pembelajaran

3.  Adanya   kemauan   atau   kecenderungan   pada   diri   subyek   untuk terlibat aktif dalam pembelajaran serta untuk mendapat hasil yang terbaik.

 


Contoh Minat Belajar

Cara Membangkitkan Minat Belajar Anak

Menurut  Usman  (1996:  27),  “pada  hakikatnya  anak  berminat  terhadap belajar  dan  guru  sendiri  hendaknya  berusaha  meembangkitkan  minat  anak terhadap  belajar”. Simanjuntak  (1993:58) mengemukakan” Minat  dapat  timbul pada seseorang jika menarik perhatian terhadap suatu objek”. Menurut  Simanjuntak(  1993:58)  cara  membangkitkan  minat  belajar anak diperlukan  beberapa  syarat  :  belajar  harus  menarik  perhatian, sebagai  contohnya mengajar  dengan  cara  yang  menarik,  mengadakan  selingan,  menjelaskan  dari yang mudah ke sukar atau dari yang konkret ke abstrak, penggunaan alat peraga.

Obyek atau keadaan yang kekuatannya menarik kan menimbulkan minat misalnya menyelenggarakan  percobaan, menyelenggarakan berbagai  bentuk  keterampilan, mengadakan  pameran  karyawisata.  Masalahnya  berulang-ulang  terjadi,  jika berulang-ulang  terjadi  akan  mendorong  peserta  didik  membangkitkan  minat belajar  karena  masalah  tersebut  sering  muncul  sehingga  merupakan  suatu kebiasaan.  Semua  kegiatan  harus  kontras,  hal-hal  yang  sama  bahkan  bahkan kontras dapat menarik perhatian seseorang.

Pilihan Studi sebaiknya juga ditentujkan MINAT anak

Menurut  Rachman  (1997:151)  untuk  menumbuhkan  perhatian  dan  minat para siswa,  pembelajaran dapat  dikembangkan  melalui  pendekatan  pembelajaran terpadu.  Menurut  Rooijakkers  (2008:25)  cara  menumbuhkan  minat  dengan menghubungkan bahan  pengajaran  dengan  suatu  berita  sensasional  yang  sudah diketahui  kebanyakan  siswa.  Anni(  2007:186)  mengemukakan  pengaitan pembelajaran  dengan  minat  siswa  adalah  sangat  penting,  dan  karena  itu tunjukkanlah  bahwa  pengetahuan  yang  dipelajari  itu  sangat  bermanfaat  bagi mereka .

Komponen-komponen  proses  belajar  mengajar  yang  harus  dilaksanakan sebagai  usaha  membangkitkan  minat  belajar  anak  atau  anak  didik  antara  lain merumuskan  tujuan  pengajaran,  mengembangkan/menyusun  alat-alat  evaluasi menetapkan  kegiatan  belajar  mengajar,  merencanakan  program  dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.   

 

Share:

Keterampilan Proses Sains (KPS)



 

Apa pengertian pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS) ? Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen metode sains. Keterampilan proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Keterampilan Proses Sains merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak digunakan dalam pembelajaran Sains, seperti pelajaran IPA. Itulah sebanya dalam pelajaran Sains dikenal istilah SAPA (Science A Process Aproach). SAPA atau pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam tujuan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA tidak mementingkan konsep. Selain itu SAPA menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses dalam KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung pada metode yang digunakan. Misalnya dalam metode demonstrasi dapat dikembangkan keterampilan proses tertentu (seperti, observasi, interprestasi, komunikasi dan aplikasi konsep).



Berikut beberapa pengertian pendekatan keterampilan proses sains (KPS) dari para ahli. Hariwibowo, dkk. (2009) menyatakan bahwa pengertian Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan kete-rampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar meng-ajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan.Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.

 

Menurut Dahar (1985:11), pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

 

Sedangkan Indrawati dalam Nuh (2010: 1) mengemukakan bahwa: “pengertian Keterampilan Proses sains (KPS) merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)”.

 

Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan pengertian keterampilan proses sains mencakup:

1.    Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.

2.    Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari oleh siswa.

3.    Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.

 

KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

 

Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/keterampilan intelektual yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar di kelas, yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah siswa.

 

Keterampilan proses sains merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pembelajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk dalam Dimyati (2009: 140) mengemukakan bahwa: “berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integrated skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, dan inferensi. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, dan hipotesis eksperimen. “

 

Keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Menurut Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 1), keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

2. Klasifikasi, proses pengelompokkan dan penataan objek.

3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.

4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan.

6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

 

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuwan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

 

Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan terpadu. Keterampilan proses terpadu (terintegrasi) menurut Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 1) meliputi:

1. merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan;

2. mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan;

3. membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati;

4. percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data; dan

5. interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

 

Hal serupa juga diungkapkan oleh Nurohman (2010: 3). Keterampilan proses sains dibagi dalam dua kelompok, yaitu: 1) the basic (simpler) process skill dan 2) integrated (more complex) skill. The basic process skill, terdiri dari 1) Observing, 2) Inferring, 3) Measuring, 4) Communicating, 5) Classifying, dan 6) Predicting. Sedangkan yang termasuk dalam integrated science process skills adalah 1) Controlling variables, 2) Defining operationally, 3) Formulating hypotheses, 4) Interpreting data, 5) Experimenting, dan 6) Formulating models.

Keterampilan proses di atas merupakan keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses sains siswa harus dilakukan terhadap keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh. Klasifikasi keterampilan proses sains menurut Nurohman (2010: 4) terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Advanced.

 

a) Tingkat Basic

·            Mengobservasi, yakni menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi.

·            Membandingkan, yakni menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/ kejadian.

·            Mengklasifikasikan, yakni mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau kategori berdasarkan bagian-bagiannya.

·            Mengukur, yakni menentukan ukuran objek atau kejadian dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.

·            Mengkomunikasikan, yakni menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi, atau objek.

·            Membuat Model, yakni membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, atau objek.

·            Merekam Data, yakni menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.

 

b) Tingkat Intermediate

·            Inferring, yakni membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang masuk akal.

·            Memprediksi, yakni menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa.

 

c) Tingkat Advanced

·            Membuat Hipotesis, yakni membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan.

·            Merancang Percobaan, yakni membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis.

·            Menginterpretasikan, yakni membuat dan menggunakan tabel, grafik, atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informas

 

Hartono (2007)membagi keterampilan proses sains dalam dua bagian yakni keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terpadu. Belian menyusun indikator keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terpadu, sebagaiberikut:

a) Indikator keterampilan proses sains dasar

·            Observasi(observing) dengan indikator mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.

·            Klasifikasi(Classifying) dengan indikator mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

·            Pengukuran(measuring) dengan indikator mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain.

·            Pengkomunikasian (communicating) dengan indikator mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.

·            Menarik Kesimpulan (inferring), dengan indikator mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.

·            Memprediksi, dengan indikator mampu mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta,konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

 

b) Indikator keterampilan proses sains Terpadu

·            Merumuskan hipotesis (formulating Hypotheses) dengan indikator mampu menyatakan hubungan antara dua variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah

·            Menamai variabel (Naming Variables), dengan indikator mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan

·            Mengontrol variabel (Controling Variables), dengan indikator mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi hasil percobaan, menjaga kekonstanannya selagi memanipulasi variabel bebas

·            Membuat definisi operasional(making operational definition), dengan indikator mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor/variabel dalam suatu eksperimen

·            Melakukan Eksperimen (experimenting), dengan indikator mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional variabel-variabel, mendesain sebuaheksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil eksperimen

·            Interpretasi(Interpreting), dengan indikator mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan, menemukan pola atau keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam

·            Merancang penyelidikan (Investigating), dengan indikator mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan, menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian kebenaran ilmiah

·            Aplikasi konsep(Appling Concepts), dengan indikator mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

 

Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains, dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains. Menurut Smith dan Welliver dalam Mahmuddin (2010: 1), pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya: pretes dan postes, diagnostik, penempatan kelas, dan bimbingan karir.

 

Penilaian dalam Keterampilan Proses Sains (KPS). Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo dalam Mahmuddin (2010: 1), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.

2) Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.

3) Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).

4) Membuat kisi-kisi instrumen.

5) Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes).

6) Melakukan validasi instrumen.

7) Melakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.

8) Perbaikan butir-butir yang belum valid.

9) Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.

 

Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Penilaian teman sebaya (peer assessment) adalah penilaian dalam bentuk observasi atau pengamatan yang dapat menjadi penilaian alternatif. Peer assessment dapat mengasah objektivitas siswa, rasa menghargai orang lain, dan kemampuan mengobservasi.

 

Terutama dalam pelajaran Sains, baik itu pelajaran biologi, fisika, dan kimia, guru perlu melakukan penilaian keterampilan proses sains (KPS). Sebagai contoh berikut ini alasan mengapa dalam pembelajaran biologi perlu dilakukan penilaian keterampilan proses sains (KPS) terhadap peserta didik. Karena pembelajaran biologi merupakan bagian dari ilmu sains sehingga perlu dilakukan penilaian keterampilan proses sains (KPS). Ada 4 karakteristik ilmu sains yang melekat pada pembelajaran Biologi yang sesuai dengan ketarampilan proses sains, yaitu:

a) Rasional

Sains merupakan hasil kegiatan berpikir secara logis dengan menggunakan nalar yang hasilnya dapat diterima oleh logika berpikir manusia. Dengan kata lain, sains bukan takhayul atau omong kosong belaka. Karakteristik ini sangat erat kaitannya dengan biologi sebagai sains. Dalam mempelajari biologi, peneliti diharuskan memiliki penalaran serta kemampuan berpikir secara logis dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dugaan-dugaan yang beredar dalam masyarakat kuno ketika menyatakan kesimpulan atau mendapatkan hasil observasi yang bertolak belakang dengan fakta yang ada.

b) Objektif

Sains merupakan kebenaran apa adanya karena berdasarkan atas data-data yang dihasilkan melalui pengamatan dan terhindar dari pandangan pribadi ilmuwan. Pada karakter ini, kebenaran dalam biologi adalah sesuatu yang seharusnya dicapai, tanpa memandang pendapat-pendapat yang tidak didasarkan oleh pengamatan yang dilakukan secara ilmiah. Objektifitas ilmuwan merupakan hal yang sangat penting dalam biologi, sebab biologi merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan alam, maka dari itu setiap kesimpulan yang kita dapat dari hasil pengamatan yang ilmiah akan mempengaruhi pola pikir seseorang terhadap lingkungannya.

c) Empiris

Sains dapat dibuktikan dengan penelitian, percobaan, maupun dengan eksperimen. Pada saat ini, perkembangan teknologi khususnya di bidang keilmuan sudah sangat signifikan. Hal ini memicu para ilmuwan untuk saling berlomba-lomba melakukan eksperimen, tak terkecuali dalam bidang biologi. Penelitian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan fakta biologi, saat ini ilmuwan diharapkan mampu mengakomodir hasil penelitian yang ia lakukan di laboratorium maupun di alam terbuka agar dapat mempublikasikan fakta biologi, dalam rangka meningkatkan sikap kritis masyarakat dalam berpikir secara logis.

d) Akumulatif

Sains dapat dibentuk berdasarkan teori lama yang disempurnakan, ditambah, ataupun diperbaiki sehingga didapatkan kebenaran yang nyata. Dalam bidang biologi, terkadang seorang ilmuwan tidak dapat menemukan fakta dalam sebuah projek penelitian, namun harus disempurnakan oleh ilmuwan lain untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Hal ini memicu kerjasama antar ilmuwan untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

 

Dalam prakteknya terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dan menjadi hambatan dalam pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains (KPS). Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian KPS pada peserta didik, antara lain:

a) Faktor kemampuan awal yang dimiliki siswa (intake) . Kemampuan awal yang dimiliki siswa mempengaruhi penilaian KPS

b) Faktor minat dan motivasi belajar siswa. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan. Minat selalu diikuti oleh perasaan senang. Oleh karena itu, pembelajaran yang menarik akan mendukung minat peserta didik. Sedangkan Motivasi adalah keadaan internal yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Pujian dan hadiah adalah contoh motivasi ekstrinsik yaitu suatu hal atau keadaan yang dating dari luar individu peserta didik yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi dalam belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi peserta didik untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Minat dan motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi penilaian KPS

c) Faktor sikap terhadap belajar. Sikap adalah gejala internal yang yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksikan atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek. Sikap terhadap belajar ditandai dengan menerima atau menolaknya peserta didik terhadap pelajaran tersebut. Jika pada dasarnya peserta didik senang, maka akan terlihat dalam sikapnya untuk menerima suatu materi yang diajarkan yaitu peserta didik akan sering terlibat langsung dengan kegiatan pembelajaran, misalnya bertanya pada guru atau mengemukakan pendapat. Namun, apabila peserta didik sebelum belajar sudah tidak senang maka sikap yang akan timbul adalah kurang memperhatikan apalagi sampai terlibat langsung dalam pembelajaran. Sikpa siswa terhadap pelajaran dan terhadap guru mata pelajaran juga akan berpengaruh terhadap penilaian KPS.

 

Adapun hambatan dalam melaksanakan penilaian KPS pada peserta didik, antara lain

a)         Kemampuan siswa dalam praktikum. Di SMA masih banyak siswa yang memiliki pengalaman praktikum yang rendah, karena pada pembelajaran di tingkat yang lebih rendah, siswa tersebut jarang melakukan praktikum.

b)         Alat-alat praktikum yang kurang memadai. Ketersedian alat praktikum dalamlaboratorium IPA di sekolah mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Jack (2013:20) menyatakan, student’s attitude, laboratory adequacy and class size have great influence on student’s science process skill acquisition. Dari pernyataan tersebut, ruang laboratorium turut mempengaruhi pembentukan keterampilan proses sains di laboratorium.

c)         Hambatan dalam melaksanakan penilaian KPS yang lain terkait minat dan motivasi belajar siswa dalam pembelaharan yang rendah. Jika motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi rendah maka hasil penilaian KPS juga rendah.

 

Demikian penjelasan singkat tentang Pengertian Keterampilan Proses Sains, Indikator KPS, Penilaian dalam Keterampilan Proses Sains (KPS). Semoga ada manfaatnya.

 

Share:

Kamis, 27 Agustus 2020

Pengertian Penilaian Sikap Sosial Dan Indikator Penilaian Sikap Sosial

Salah satu jenis penilaian Afektif adalah Penilaian kompetensi sikap Sosial. Pengertian penilaian keterampilan sikap sosial adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap sosial siswa dalam menghargai, menghayati, dan berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya. Dalam pelajaran PPKn dan PAI guru diwajibkan untuk melakukan penilaian kompetensi Sikap Sosial. Dalam pelajaran lainnya, penilaian kompetensi sikap social dikembangkan terintegrasi dalam pembelajaran dikelas dengan menggunakan KD dari KI-3 dan KI-4.

Indikator KD dari KI-2 mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan PPKn dirumuskan dalam perilaku spesifik sebagaimana tersurat di dalam rumusan KD mata pelajaran tersebut. Sementara indikator KD dari KI-2 mata pelajaran lainnya dirumuskan dalam perilaku sosial secara umum. Di samping itu, pada mata pelajaran tertentu pada KD tertentu, dapat dikembangkan indikator yang secara spesifik sesuai dengan karakteristik KD pada mata pelajaran tersebut.

 

Bagaimana Contoh Indikator Penilaian Sikap Sosial? Berikut contoh indikator-indikator sikap sosial:

1) Sikap jujur, yaitu perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikator sikap jujur, antara lain:

Ø   Ø tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan;

Ø    Ø tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber);

Ø    Ø mengungkapkan perasaan apa adanya;

Ø    Ø menyerahkan kepada yang berwenang barang yang ditemukan;

Ø    Ø membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya;

Ø    Ø mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki; 

2)  Sikap disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator sikap disiplin, antara lain:

Ø    Ø datang tepat waktu;

Ø    Ø patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah;

Ø    Ø mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan, mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar;

 

3) Sikap tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa:. Indikator sikap tanggung jawab, antara lain:

Ø    Ø melaksanakan tugas individu dengan baik;

Ø    Ø menerima resiko dari tindakan yang dilakukan;

Ø    Ø tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat;

Ø    Ø mengembalikan barang yang dipinjam;

Ø    Ø mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan;

Ø    Ø menepati janji;

Ø    Ø tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan tindakan kita sendiri;

Ø    Ø melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta;

 

4) Sikap toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan. Indikator sikap toleransi, antara lain:

Ø    Ø menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya;

Ø    Ø dapat menerima kekurangan orang lain;

Ø    Ø dapat mememaafkan kesalahan orang lain;

Ø    Ø mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan;

Ø    Ø tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain;

Ø    Ø kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik;

Ø    Ø terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima sesuatu yang baru;

 

5)  Sikap gotong royong, yaitu bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Indikator sikap gorong royong, antara lain:

Ø    Ø terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah;

Ø    Ø kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan;

Ø    Ø bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan;

Ø    Ø aktif dalam kerja kelompok;

Ø    Ø memusatkan perhatian pada tujuan kelompok;

Ø    Ø tidak mendahulukan kepentingan pribadi;

Ø    Ø mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain;

Ø    Ø mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama;

 

6) Sikap Santun atau sopan, yaitu sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya yang dianggap baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda pada tempat dan waktu yang lain. Indikator sikap santun atau sopan (sopan santu), antara lain:

Ø    Ø menghormati orang yang lebih tua;

Ø    Ø tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur;

Ø    Ø tidak meludah di sembarang tempat;

Ø    Ø tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat;

Ø    Ø mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain;

Ø    Ø bersikap 3S (salam, senyum, sapa);

Ø    Ø meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain;

Ø    Ø memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan;

 

7) Sikap percaya diri, yaitu suatu keyakinan atas kemampuannya sendiri untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Indikator sikap percaya diri, antara lain:

Ø    Ø berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.

Ø    Ø mampu membuat keputusan dengan cepat

Ø    Ø tidak mudah putus asa

Ø    Ø tidak canggung dalam bertindak

Ø    Ø berani presentasi di depan kelas

Ø    Ø berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan

 

Indikator untuk setiap butir sikap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan satuan pendidikan dan dapat berlaku untuk semua mata pelajaran. Demikian penjelasan singkat tentang Pengertian Penilaian Sikap Sosial dan Contoh Indikator Penilaian Sikap Sosial. Semoga bermanfaat.

 

 

 


Share:

Archives

INGAT WAKTU

Unordered List

Support